Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai parameter material geoteknik dalam GeoStudio 2025 (khususnya modul SLOPE/W), tinjauan mengenai pemodelan material, serta langkah-langkah standar dalam pemodelan dan pelaporan analisis stabilitas.
I. Penjelasan Model Material Geoteknik (GeoStudio 2025)
Pemilihan model material yang tepat sangat krusial karena menentukan bagaimana kuat geser tanah (dalam bahasa Inggris : shear strength) dihitung di sepanjang bidang gelincir. Berikut adalah rincian ke-16 model tersebut:
1. Mohr-Coulomb
Model paling standar dan umum digunakan untuk tanah dan batuan. Kuat geser didefinisikan oleh kohesi (c) dan sudut gesek dalam (phi).
Rumus: τ = c + σ tan(φ)
Penggunaan: Tanah umum, timbunan, batuan terlapuk.
2. Spatial Mohr-Coulomb
Sama dengan Mohr-Coulomb, namun digunakan dalam Analisis Probabilistik.
Fungsi: Memungkinkan variabilitas spasial parameter c dan phi di seluruh model grid statistik. Ini mengatasi ketidakpastian heterogenitas tanah di lapangan.
3. High Strength
Model ini memberikan kekuatan geser yang sangat besar (mendekati tak terhingga).
Fungsi: Digunakan untuk struktur beton (seperti dinding penahan atau paku bumi) atau batuan yang sangat keras di mana Anda yakin bidang gelincir tidak akan melewatinya.
4. Bedrock (Impenetrable)
Berbeda dengan High Strength, model ini berfungsi sebagai pembatas geometri.
Fungsi: Bidang gelincir tidak bisa menembus material ini. Jika bidang gelincir menyentuh zona ini, ia akan "meluncur" di sepanjang permukaannya. Sangat berguna untuk memodelkan lapisan dasar batuan keras di bawah tanah lunak.
5. Undrained (Phi=0)
Digunakan untuk analisis kondisi jangka pendek (short-term) pada tanah lempung jenuh air.
Parameter: Hanya menggunakan Kohesi Undrained (Su atau cu), dengan phi = 0.
Penggunaan: Timbunan cepat di atas tanah lunak atau penggalian cepat pada lempung.
6. Compound Strength
Digunakan ketika material memiliki envelope kekuatan yang tidak linier atau spesifik.
Mekanisme: Anda mendefinisikan sendiri kurva hubungan antara kuat geser dan tegangan normal.
Penggunaan: Material limbah tambang, interfaces geosintetik, atau tanah dengan perilaku stress-dependent yang kompleks.
7. S = f (depth)
Kuat geser tanah meningkat seiring dengan kedalaman dari permukaan tanah.
Penggunaan: Biasanya untuk endapan lempung terkonsolidasi normal (Normally Consolidated Clay) di mana kekuatan tanah bertambah seiring bertambahnya overburden pressure.
8. S = f (datum)
Kuat geser ditentukan berdasarkan elevasi absolut (datum), bukan kedalaman dari permukaan.
Fungsi: Berguna jika Anda memiliki data uji tanah yang dikorelasikan langsung dengan elevasi (misal: 10 kPa pada elevasi +50m, 20 kPa pada elevasi +40m).
9. Anisotropic Strength
Digunakan untuk tanah yang memiliki kekuatan berbeda tergantung arah gaya geser relatif terhadap bidang perlapisan (laminasi).
Parameter: Membutuhkan input parameter kuat geser vertikal dan horizontal yang berbeda.
Penggunaan: Tanah berlapis, varved clays.
10. Shear / Normal Fn
Model yang sangat fleksibel di mana pengguna mengimpor fungsi (kurva) hubungan Tegangan Geser vs Tegangan Normal secara manual.
Penggunaan: Hasil uji Direct Shear laboratorium yang non-linier dan tidak cocok dipaksa ke model Mohr-Coulomb.
11. Hoek-Brown
Model khusus untuk massa batuan (rock mass), bukan tanah.
Parameter: Menggunakan parameter yang diturunkan dari Geological Strength Index (GSI) dan kuat tekan batuan utuh.
Penggunaan: Lereng batuan tambang, terowongan batuan.
Ada pun persamaan awal dari Hoek-Brown adalah :
Dimana :
σ1 : Major principal stress
σ3 : Minor principal stress
m : Material constant of Hoek-Brown
Co : Uniaxial Compressive
s : Material constant of Hoek-Brown
Nah, kalau perbedaan mendasar antara Hoek-Brown dan Mohr-Coulomb adalah tipikal kurva dari keruntuhannya, kalau di Mohr-Coulomb dia linear, sedangkan di Hoek-Brown kriteria keruntuhannya adalah non-linear. Uji yang biasa memakain Mohr-Coulomb adalah Direct Shear Stress yang parameter output – nya nanti mendapatkan nilai sudut geser dalam (phi) dan kohesi (c). Sedangkan kalau uji laboratorium yang memakai kriteria keruntuhan Hoek-Brown biasanya adalah UCS dan Triaxial.
Perbandingan kurva antara kriteria keruntuhan Mohr-Cooulomb dan Hoek-Brown.
Metode Generalised Hoek Brown diciptakan agar dapat membantu engineer di lapangan untuk mengambil keputusan serta menganalisis model dengan cepat tanpa harus menunggu hasil laboratorium. Dengan metode ini engineer bisa mengestimasi nilai kekuatan batuan menggunakan klasifikasi GSI yang ada dan langsung bisa diterapkan menggunakan kriteria keruntuhan Hoek-Brown yang telah ada. Nilai – nilai parameter lain yang dibutuhkan seperti mb, s dan a akan secara otomatis diasumsikan menggunakan korelasi empiris antara GSI dan Hoek-Brown.
Beberapa hal yang menjadi catatan adalah :
- Hoek-Brown bersifat non-linear, sedangkan Mohr-Coulomb bersifat linear kriteria keruntuhannya.
- Hoek-Brown hanya untuk batuan isotropic, dengan kata lain kurang tepat untuk digunakan oleh material tanah.
- Mohr-Coulomb memiliki nilai parameter utama berupa kohesi (c) dan sudut geser dalam (phi), dua nilai ini dimiliki baik oleh material tanah mauapun batuan sehingga kriteria keruntuhan atau stregth type Mohr-Coulomb dapat digunakan untuk kedua jenis material tersebut.
- Hoek-Brown menggunakan parameter m sebagai pengganti fungsi phi dan paramter s sebagai pengganti fungsi kohesi pada Mohr-Coulomb.
- Uji laboratorium untuk mendapatkan kriteria keruntuhan Mohr-Coulob adalah uji Direct Shear Test.
- Uji laboratorium yang umum digunakan untuk kriteria keruntuhan Hoek-Brown adalah UCS dan Triaxial.
- Geological Stregth Indeks digunakan untuk membantu memberikan nilai UCS, s, m dan a secara cepat dan dimasukkan ke kriteria keruntuhan Generalised Hoek-Brown tanpa melakukan uji lab, sehingga memudahkan engineer untuk lebih hemat waktu dalam engineering judgement.
- Hoek-Brown memiliki nilai peak dan residual dari kekuatan massa batuan.
- Pemilihan penggunaan Hoek-Brown atau Mohr-Coulomb tetap akan subjektif sesuai engineering judgement individu masing – masing karena membutuhkan pertimbangan yang menyangkut kondisi lapangan, ketersediaan waktu, ketersediaan data, alat bantu yang dipakai dan pemahaman dari engineer yang bertugas.
Di SLOPE/W kalian dapat dengan mudah menggunakan kriteria keruntuhan Hoek-Brown dengan fungsi Shear/Normal Stregth, di opsi tersebut juga terdapat pilihan estimasi kekuatan massa batuan menggunakan GSI di Generalised Hoek-Brown. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di video berikut.
12. Anisotropic Fn
Variasi dari Anisotropic Strength, namun menggunakan fungsi modifier (pengali) berdasarkan sudut kemiringan bidang gelincir.
Penggunaan: Formasi tanah dengan anisotropi yang kompleks.
13. Combined, S = f (depth)
Kombinasi antara model Mohr-Coulomb (c, phi) dengan penambahan kekuatan berdasarkan kedalaman.
Penggunaan: Tanah yang memiliki komponen gesekan dasar tetapi kohesinya meningkat seiring kedalaman.
14. Combined, S = f (datum)
Sama dengan nomor 13, namun penambahan kekuatan didasarkan pada elevasi datum.
15. SHANSEP
Stress History and Normalized Soil Engineering Properties (Ladd & Foott, 1974).
Konsep: Kuat geser undrained ($S_u$) dinormalisasi terhadap tegangan efektif vertikal ($\sigma'_v$).
Rumus: $S_u / \sigma'_v = S \cdot (OCR)^m$
Penggunaan: Analisis lempung lunak yang memperhitungkan sejarah tegangan (Over Consolidation Ratio/OCR). Sangat penting untuk pemodelan bertahap (staged construction).
16. Bilinear
Model kegagalan yang terdiri dari dua segmen garis linier.
Penggunaan: Sering digunakan untuk memodelkan tanah yang memiliki dua perilaku berbeda pada rentang tegangan rendah dan tinggi, atau untuk membedakan kondisi peak strength dan residual strength.
II. Database Material Geoteknik (Perbandingan Software)
Dalam dunia praktis, tidak disarankan hanya mengandalkan database bawaan software tanpa verifikasi data lapangan (Uji Triaksial, SPT, CPT). Namun, software biasanya menyediakan referensi:
| Software | Karakteristik Database | Sumber Referensi Umum |
| GeoStudio | Tidak memiliki "perpustakaan material" yang masif secara default. Lebih menekankan pada user-input. Menyediakan contoh file yang beragam. | Data spesifik proyek, Korelasi Bowles, atau literatur teknik lokal. |
| Geo5 | Memiliki database tanah terintegrasi yang cukup lengkap (dikategorikan berdasarkan klasifikasi USCS, standar DIN Jerman, atau CSN Ceko). | Standar Eropa (Eurocode 7), Klasifikasi Tanah USCS. |
| PLAXIS | Memiliki fitur SoilTest untuk mengkalibrasi parameter berdasarkan data lab. Database "Global" tersedia namun biasanya pengguna membuat database lokal sendiri. | Model tanah tingkat lanjut (Hardening Soil, Soft Soil Creep) memerlukan data lab spesifik. |
Catatan Penting: Database digunakan hanya sebagai preliminary design (desain awal). Untuk Final Design, wajib menggunakan data hasil penyelidikan tanah (Soil Investigation).
III. Langkah Pemodelan dan Analisis (Workflow)
Berikut adalah urutan kerja baku dalam analisis stabilitas lereng/bendungan:
1. Pra-Pemrosesan (Pre-Processing)
Definisi Geometri: Menggambar stratigrafi tanah, topografi lereng, dan struktur (bendungan/tanggul).
Input Parameter Material: Memasukkan $c, \phi, \gamma$ (berat isi), $S_u$, dll sesuai model yang dipilih di atas.
Kondisi Batas Hidrolik: Menentukan muka air tanah (Piezometric Line) atau jaring rembesan (Seepage analysis dari SEEP/W) untuk mendapatkan tekanan air pori ($R_u$ atau $u$).
Beban Eksternal: Beban lalu lintas, beban bangunan, atau beban gempa (koefisien seismik $k_h$).
Definisi Bidang Gelincir (Slip Surface):
Grid and Radius (Klasik).
Entry and Exit (Sering digunakan).
Cuckoo Search / Optimization (Metode pencarian otomatis bidang terlemah di GeoStudio 2025).
2. Pemrosesan (Solving)
Memilih metode perhitungan Kesetimbangan Batas (Limit Equilibrium Method):
Bishop Simplified: Bagus untuk circular slip (bidang bundar).
Morgenstern-Price / Spencer: Paling disarankan karena memenuhi kesetimbangan gaya dan momen (untuk segala bentuk bidang gelincir).
Menjalankan kalkulasi Factor of Safety (FK).
3. Pasca-Pemrosesan (Post-Processing)
Melihat kontur Faktor Keamanan (FK).
Memeriksa validitas irisan (slice): Pastikan tidak ada gaya normal negatif yang berlebihan pada irisan tanah.
Menganalisis bidang gelincir kritis.
IV. Risalah, Saran, dan Kesimpulan
Dalam menyusun laporan teknis (Risalah) analisis stabilitas, struktur berikut disarankan:
1. Risalah (Isi Laporan)
Deskripsi Proyek: Lokasi, jenis struktur (timbunan/galian).
Asumsi Geoteknik: Tabel parameter tanah yang digunakan (berdasarkan korelasi SPT/CPT atau Lab).
Metode Analisis: Sebutkan software (GeoStudio 2025) dan metode (misal: Morgenstern-Price).
Skenario Pembebanan:
Kondisi Normal (Muka air normal).
Kondisi Banjir (Muka air tinggi).
Kondisi Surut Cepat (Rapid Drawdown - Kritis untuk bendungan).
Kondisi Gempa (Pseudo-static).
2. Interpretasi Hasil (Safety Factor)
Bandingkan hasil FK dengan standar yang berlaku di Indonesia, misalnya SNI 8460:2017 (Persyaratan Perancangan Geoteknik) atau Pedoman Keamanan Bendungan:
FK > 1.5 (Kondisi Tetap/Jangka Panjang).
FK > 1.2 - 1.3 (Kondisi Sementara/Konstruksi).
FK > 1.1 (Kondisi Gempa).
3. Saran dan Kesimpulan
Jika FK Memenuhi: "Lereng dinyatakan stabil dan aman terhadap kelongsoran pada kondisi beban yang dianalisis."
Jika FK Tidak Memenuhi: Berikan rekomendasi perkuatan:
Geometri: Melandaikan lereng (Counterweight berm).
Struktural: Dinding penahan, turap (sheet pile), atau soil nailing.
Drainase: Menurunkan muka air tanah (karena air adalah musuh utama stabilitas).
Rekomendasi Monitoring: Sarankan pemasangan Inclinometer atau Piezometer untuk memantau pergerakan tanah dan tekanan air pori di lapangan.
Tabel Korelasi Parameter sederhana (misalnya nilai c dan phi perkiraan berdasarkan jenis tanah lempung/pasir) untuk digunakan sebagai preliminary data dalam latihan GeoStudio
Berikut adalah tabel estimasi parameter geoteknik yang disarikan dari berbagai literatur (seperti Bowles, J.E., Joseph E. Bowles, dan Look, B.).
Data ini sangat berguna untuk tahap awal (preliminary design) atau saat Anda melakukan latihan simulasi di GeoStudio.
⚠️ Peringatan Penting: Tabel ini hanya berupa referensi kisaran (range). Jangan gunakan angka ini untuk desain konstruksi akhir (Final Design) tanpa verifikasi data penyelidikan tanah (Bor Log/Sondir) di lapangan.
1. Tanah Kohesif (Lempung/Clay & Lanau/Silt)
Parameter ini digunakan untuk model Mohr-Coulomb (jangka panjang/drained) atau Undrained (Phi=0) (jangka pendek).
| Konsistensi | N-SPT (Kira-kira) | Berat Isi (γ) (kN/m3) | Kohesi Efektif (c′) (kPa) | Sudut Gesek (Ï•′) (derajat) | Kuat Geser Undrained (Su/cu) (kPa) |
| Sangat Lunak (Very Soft) | < 2 | 14 - 16 | 0 - 5 | 18 - 22 | < 12 |
| Lunak (Soft) | 2 - 4 | 16 - 17 | 5 - 10 | 20 - 25 | 12 - 25 |
| Sedang (Medium Stiff) | 4 - 8 | 17 - 18 | 10 - 20 | 22 - 28 | 25 - 50 |
| Kaku (Stiff) | 8 - 15 | 18 - 19 | 20 - 40 | 25 - 30 | 50 - 100 |
| Sangat Kaku (Very Stiff) | 15 - 30 | 19 - 20 | 40 - 75 | 28 - 32 | 100 - 200 |
| Keras (Hard) | > 30 | > 20 | > 75 | > 30 | > 200 |
Tips GeoStudio:
Untuk analisis jangka panjang (long term), gunakan kolom c' dan phi' dengan model material Mohr-Coulomb.
Untuk analisis saat konstruksi (short term), gunakan kolom Su dengan model material Undrained (Phi=0).
2. Tanah Non-Kohesif (Pasir/Sand & Kerikil/Gravel)
Parameter ini umumnya menggunakan model Mohr-Coulomb. Pasir umumnya dianggap tidak memiliki kohesi ($c=0$), namun dalam pemodelan numerik sering diberi nilai kecil (1-5 kPa) untuk stabilitas komputasi.
| Kepadatan Relatif | N-SPT (Kira-kira) | Berat Isi (γ) (kN/m3) | Kohesi (c′) (kPa) | Sudut Gesek (Ï•′) (derajat) |
| Sangat Lepas (Very Loose) | < 4 | 14 - 16 | 0 - 2 | 26 - 28 |
| Lepas (Loose) | 4 - 10 | 15 - 17 | 0 - 2 | 28 - 30 |
| Sedang (Medium Dense) | 10 - 30 | 17 - 19 | 0 - 5 | 30 - 34 |
| Padat (Dense) | 30 - 50 | 18 - 20 | 0 - 5 | 34 - 40 |
| Sangat Padat (Very Dense) | > 50 | > 20 | 0 - 10 | > 40 |
Tips GeoStudio:
Hati-hati dengan nilai $\phi$. Perbedaan 1-2 derajat pada pasir dapat mengubah Faktor Keamanan (FK) secara signifikan.
3. Material Lain (Timbunan & Batuan)
Sering digunakan dalam desain bendungan urugan atau dasar lereng.
| Jenis Material | Berat Isi (γ) (kN/m3) | Kohesi (c′) (kPa) | Sudut Gesek (Ï•′) (derajat) | Model Material GeoStudio |
| Timbunan Tanah (Compacted) | 18 - 21 | 15 - 30 | 25 - 35 | Mohr-Coulomb |
| Batu Pecah (Rockfill) | 19 - 22 | 0 | 38 - 45 | Mohr-Coulomb |
| Beton (Concrete) | 24 | 2000+ | 45 | High Strength / Linear |
| Batuan Dasar (Bedrock) | 22 - 27 | - | - | Bedrock (Impenetrable) |
Cara Input di GeoStudio (SLOPE/W)
Ketika Anda membuka menu Define Materials, perhatikan satuan yang Anda gunakan:
Unit Weight ($\gamma$): GeoStudio biasanya meminta input Unit Weight dan Saturated Unit Weight. Jika Anda tidak memiliki data spesifik, diasumsikan gamma_{sat} sekitar 1-2 kN/m^3 lebih berat dari gamma_{dry/moist}.
Cohesion (c): Pastikan satuannya kPa (kiloPascal).
Phi (phi): Pastikan satuannya Degrees (derajat).
Analisis Sensitifitas Model Material dalam Geostudio
Analisis Sensitivitas dalam GeoStudio (SLOPE/W) adalah metode statistik sederhana namun sangat kuat untuk menentukan seberapa besar pengaruh perubahan nilai parameter input (seperti kohesi, sudut gesek, atau berat isi) terhadap hasil output (Faktor Keamanan/FK).
Analisis ini menjawab pertanyaan: "Jika data tanah saya meleset 10% dari uji lab, apakah lereng/bendungan akan langsung longsor atau tetap aman?"

Berikut adalah panduan lengkap mengenai langkah analisis, saran, dan kesimpulannya.
I. Konsep Dasar Analisis Sensitivitas
Dalam GeoStudio, analisis ini biasanya menghasilkan grafik yang disebut Spider Plot.
Sumbu X: Nilai Parameter (atau persentase perubahan).
Sumbu Y: Faktor Keamanan (Safety Factor).
Garis Curam: Parameter sangat sensitif (sedikit perubahan nilai = perubahan besar pada FK).
Garis Datar: Parameter tidak sensitif (perubahan nilai tidak terlalu mempengaruhi FK).
II. Langkah Analisis Sensitivitas di GeoStudio 2025
Berikut adalah workflow untuk melakukan analisis ini:
1. Persiapan Model (Baseline)
Pastikan Anda sudah memiliki satu model analisis stabilitas (Limit Equilibrium) yang sudah "running" dan menghasilkan Faktor Keamanan (FK) yang valid. Ini akan menjadi titik acuan (Deterministic Base).
2. Mengaktifkan Mode Sensitivitas
Masuk ke menu Define > Project Settings (atau klik pada Analysis Tree).
Pilih analisis yang ingin diubah (sebaiknya buat copy atau child dari analisis utama agar data asli tidak hilang).
Pada tab Analysis Type, ubah dari Deterministic menjadi Sensitivity.
3. Memilih Parameter yang Dianalisis
Pergi ke menu KeyIn > Sensitivity.
Akan muncul dialog box untuk menambahkan parameter. Klik Add.
Pilih parameter material dari daftar yang tersedia. Contoh parameter umum:
Material - Cohesion (c)
Material - Phi ($\phi$)
Material - Unit Weight ($\gamma$)
Seismic Coefficient (untuk gempa)
Piezometric Line (tinggi muka air)
4. Menentukan Rentang (Range)
Anda harus menentukan batas bawah (Min) dan batas atas (Max) untuk setiap parameter. Ada dua cara input:
Range Values: Input angka absolut (Misal: $c$ saat ini 10 kPa. Min: 5 kPa, Max: 15 kPa).
Percentage: Input persentase simpangan (Misal: 0.8 sampai 1.2 dari nilai asli).
Steps: Tentukan berapa titik perhitungan (biasanya 9 atau 11 titik) untuk membuat kurva yang halus.
5. Solving (Kalkulasi)
Jalankan analisis (Start Solving). GeoStudio akan menghitung stabilitas lereng berulang kali sesuai jumlah steps yang Anda masukkan untuk setiap parameter.
6. Interpretasi Hasil (Draw Graph)
Masuk ke Window > Draw Graph.
Pilih tipe grafik Sensitivity.
Anda akan melihat kurva untuk setiap parameter. Titik perpotongan semua kurva adalah nilai FK dari analisis deterministik (baseline).
III. Analisis Hasil dan Risalah
Saat menyusun laporan (risalah), perhatikan hal-hal berikut:
1. Identifikasi Parameter Kritis
Lihat kemiringan kurva pada Spider Plot.
Contoh Kasus: Jika kurva Sudut Gesek ($\phi$) sangat curam, sedangkan kurva Kohesi ($c$) hampir datar, artinya stabilitas lereng/bendungan tersebut sangat bergantung pada kekuatan gesekan, bukan kohesi.
Implikasi: Kesalahan kecil dalam menentukan $\phi$ di laboratorium akan berakibat fatal pada desain.
2. Titik Balik (Crossover Point)
Cari nilai di mana Faktor Keamanan menyentuh batas kritis (misal FK = 1.2 atau 1.5).
Pertanyaan: "Pada nilai sudut gesek berapakah FK turun menjadi di bawah 1.2?"
Ini disebut Threshold Value. Jika nilai tersebut masih dalam rentang kemungkinan variasi tanah di lapangan, maka risiko kegagalan tinggi.
IV. Saran Praktis untuk Analisis
Berikut adalah saran ahli untuk mendapatkan hasil analisis sensitivitas yang bermakna:
Gunakan Rentang yang Masuk Akal: Jangan memasukkan rentang asal (misal 0 - 100 kPa). Gunakan rentang berdasarkan variasi data uji laboratorium atau literatur (Standar Deviasi). Biasanya $\pm 10\%$ hingga $\pm 20\%$ dari nilai rata-rata cukup mewakili.
Prioritaskan Tekanan Air Pori: Dalam stabilitas bendungan/lereng alam, parameter Piezometric Line atau parameter $R_u$ seringkali menjadi variabel yang paling sensitif. Pastikan Anda melakukan analisis sensitivitas terhadap kenaikan muka air tanah.
Kelompokkan Material: Jika Anda memiliki bendungan zonasi (inti lempung, filter, rockfill), lakukan sensitivitas terpisah untuk material inti (core) dan material cangkang (shell). Biasanya material inti lebih sensitif terhadap kohesi, sedangkan shell sensitif terhadap sudut gesek.
Fokus pada Zona Lemah: Jika ada lapisan soft clay tipis, lakukan sensitivitas khusus pada material tersebut, meskipun volumenya kecil dalam model.
V. Kesimpulan
Analisis sensitivitas dalam GeoStudio memberikan nilai tambah yang signifikan dalam pemodelan geoteknik:
Manajemen Risiko: Kita mengetahui parameter mana yang "boleh salah sedikit" dan parameter mana yang "harus sangat akurat".
Efisiensi Biaya Penyelidikan Tanah: Jika analisis menunjukkan bahwa Kohesi ($c$) tidak sensitif (garis datar), maka kita tidak perlu membuang biaya berlebih untuk uji lab canggih demi mencari nilai $c$ yang sangat presisi. Sebaliknya, dana dialihkan untuk memastikan nilai $\phi$ atau parameter air tanah lebih akurat.
Justifikasi Desain: Memberikan keyakinan kepada pemilik proyek (owner) bahwa desain tetap aman meskipun terjadi variasi kondisi tanah yang tidak terduga di lapangan (selama masih dalam rentang sensitivitas yang diuji).
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih
Penutup
Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Penjelasan Model Material Geoteknik GeoStudio versi 2025. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.
