Dari data BPBD Bantul, jumlah korban meninggal di wilayah Bantul ada 4143 korban tewas, dengan jumlah rumah rusak total 71.763, rusak berat 71.372, rusak ringan 66.359 rumah. Total korban meninggal gempa DIY dan Jawa Tengah bagian selatan, seperti di Klaten, tercatat mencapai 5.782 orang lebih, 26.299 lebih luka berat dan ringan, 390.077 lebih rumah roboh akibat gempa waktu itu.
Perbedaan antara gempa di Yogyakarta
pada tanggal 27 Mei 2006 dengan gempa di Lolak, Sulawesi Utara pada
tanggal 13 dan 22 Mei 2024 adalah sebagai berikut:
1. Lokasi dan Waktu Kejadian:
- Gempa di Yogyakarta terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 dengan magnitudo 5,8 dan berpusat di sekitar Kota Bantul, tepatnya berpusat di Tempuran Sungai Opak dan Sungai Oya yang terletak di Dusun Potrobayan, Srihardono, Pundong, Bantul. Jika merujuk BMKG, posisi episenter gempa berada pada koordinat 8,26 derajat LS dan 110,31 derajat BT dengan kedalaman 33 km. Bisa dikatakan, posisi gempa bumi ini sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 145 km selatan-tenggara Pekalongan, 115 km selatan Semarang, serta 440 km timur-tenggara Jakarta. Hal ini juga membuat gempa tersebut terasa di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
- Gempa di Lolak, Sulawesi Utara terjadi pada tanggal 13 Mei 2024 dengan magnitudo 5,8 dan 22 Mei 2024 dengan magnitudo 5,6 dan berpusat di Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. link info BMKG: https://inatews.bmkg.go.id/web/detail?name=20240522125213&day=578 & https://inatews.bmkg.go.id/web/detail?name=20240513073048&day=578
2. Dampak dan Kerusakan:
Gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 menyebabkan kerusakan yang parah, termasuk runtuhnya bangunan, korban jiwa, dan kerugian materi yang besar. Bantul dan sekitarnya menjadi daerah yang paling parah terdampak.
- Gempa
di Lolak, Sulawesi Utara pada tanggal 13 dan 22 Mei tahun 2024, 12:49
WIB, telah terjadi gempa Mag: M5,8, 50 Km Barat Daya Lolak Bolaanguki,
Sulawesi Utara, 0.02 LS-123.76 BT, Kedalaman 119 Km, Jarak 102 Km dari
Kecamatan Lolak link info BMKG: https://inatews.bmkg.go.id/web/detail?name=20240522125213&day=578 & https://inatews.bmkg.go.id/web/detail?name=20240513073048&day=578
- meskipun memiliki magnitudo yang kurang lebih hampir sama, tetapi tidak menyebabkan kerusakan seperti pada gempa di Yogyakarta.
Penyebab Gempa yang menimbulkan dampak kerusakan.
Penyebab
gempa yang dapat menimbulkan dampak parah dapat bervariasi, namun
beberapa faktor yang menjadi penyebab kerusakan parah antara lain:
Kedalaman Hiposenter: Gempa yang berpusat pada kedalaman dangkal cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih besar daripada gempa yang berpusat pada kedalaman yang lebih dalam. Dalam konteks gempa di Yogyakarta dan Lolak, perbedaan dalam faktor-faktor ini mungkin menjadi penyebab mengapa gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 menyebabkan kerusakan yang lebih parah daripada gempa di Lolak, Sulawesi Utara pada bulan Mei tahun 2024.
Ketebalan Lapisan Tanah: Karakteristik geologi dan struktur batuan di wilayah terdampak juga memengaruhi dampak gempa. Misalnya, tanah yang lunak atau longsoran cenderung memperburuk kerusakan akibat gempa.
Bangunan dan Infrastruktur: Jenis dan Kualitas konstruksi bangunan dan infrastruktur juga memengaruhi tingkat kerusakan yang dapat disebabkan oleh gempa. Bangunan struktur kaku atau rigid beton yang tidak memadai dalam menghadapi guncangan gempa cenderung mengalami kerusakan yang lebih parah daripada konstruksi elastis seperti urugan tanah contoh konstruksi bendungan urugan.
Penutup
Sekian Penjelasan Singkat Mengenai Mengenang Gempa M 5,8 guncang Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.