Search Suggest

The role of civil engineering in sustainable development

Baca Juga:

Teknik sipil memainkan peran penting dalam pembangunan berkelanjutan dengan fokus pada pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan mengenai topik peran engineer teknik sipil dalam pembangunan berkelanjutan.

Peran Teknik Sipil dalam Pembangunan Berkelanjutan:

  • Perencanaan dan Desain: Teknik sipil berperan dalam merencanakan dan mendesain infrastruktur yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ini melibatkan penggunaan teknologi terkini, seperti Building Information Modeling (BIM), untuk mengoptimalkan desain dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

  • Pengelolaan Sumber Daya: Teknik sipil berkontribusi dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, termasuk air, energi, dan material. Ini melibatkan penggunaan teknologi yang efisien, seperti penggunaan energi terbarukan dan pengolahan limbah yang ramah lingkungan.

  • Konstruksi Ramah Lingkungan: Teknik sipil berperan dalam membangun infrastruktur dengan menggunakan metode konstruksi ramah lingkungan, seperti penggunaan material daur ulang, pengurangan limbah konstruksi, dan penghematan energi.

  • Pengelolaan Risiko Bencana: Teknik sipil berperan dalam merencanakan dan membangun infrastruktur yang tahan terhadap bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, dan badai. Ini melibatkan analisis risiko, perencanaan mitigasi, dan penggunaan teknologi yang dapat mengurangi dampak bencana.

Permasalahan dan Solusi:

  • Tantangan Teknologi: Implementasi teknologi baru dalam teknik sipil dapat menghadapi tantangan seperti biaya tinggi, kurangnya keahlian, dan integrasi sistem yang kompleks. Solusinya adalah melibatkan ahli teknologi yang terampil, memberikan pelatihan kepada tenaga kerja, dan memastikan kompatibilitas dan interoperabilitas sistem yang digunakan.

  • Perubahan Budaya dan Mindset: Pembangunan berkelanjutan membutuhkan perubahan budaya dan mindset di industri konstruksi. Solusinya adalah mengedukasi dan melibatkan semua pihak terkait, termasuk pemilik proyek, kontraktor, dan tenaga kerja, tentang manfaat dan kebutuhan untuk mengadopsi praktik pembangunan berkelanjutan.

  • Regulasi dan Kebijakan: Tantangan dalam implementasi pembangunan berkelanjutan dapat timbul dari regulasi dan kebijakan yang belum mendukung. Solusinya adalah melibatkan pemerintah, asosiasi industri, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan regulasi dan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

Konstruksi ramping

Konstruksi ramping adalah pendekatan dalam industri konstruksi yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan, meningkatkan efisiensi, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Metode ini melibatkan penggunaan teknologi, perencanaan yang matang, dan kolaborasi antara berbagai pihak terkait.

Pemborosan (waste) berupa upaya yang menggunakan sumber daya tetapi tidak menambah nilai suatu proyek (value) masih banyak terjadi di industri konstruksi. Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Lean Construction Institute, besarnya pemborosan pada industri konstruksi mencapai sekitar 57%, sedangkan upaya yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah hanya sebesar 10%. Beberapa dampak dari ketidakefisienan industri konstruksi yaitu terjadinya keterlambatan waktu pelaksanaan proyek dan peningkatan biaya pelaksanaan proyek yang bisa memicu terjadinya perselisihan.

Dalam upaya untuk memperbaiki kinerja industri konstruksi, Lauri J. Koskela dari VTT Building and Transport mencetuskan suatu metode pendekatan baru dalam pelaksanaan proyek industri yang disebut dengan lean construction atau konstruksi ramping. Konstruksi ramping merupakan sebuah metode yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi untuk meminimalkan pemborosan serta memaksimalkan nilai proyek.

Berikut adalah penjelasan mengenai metode, permasalahan, dan penanganan dalam praktek konstruksi ramping:

Metode Konstruksi Ramping

Metode konstruksi ramping melibatkan beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses konstruksi. Beberapa metode yang umum digunakan dalam konstruksi ramping antara lain:

  • Lean Construction (Konstruksi Ramping): Lean construction adalah pendekatan yang berfokus pada pengurangan pemborosan dalam proses konstruksi. Metode ini melibatkan identifikasi dan eliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, penggunaan teknologi yang efisien, serta kolaborasi yang erat antara berbagai pihak terkait.

  • Building Information Modeling (BIM): BIM adalah metode yang menggunakan model digital untuk merencanakan, mendesain, dan mengelola proyek konstruksi. Dengan menggunakan BIM, berbagai pihak terkait dapat bekerja secara kolaboratif, mengurangi kesalahan desain, dan meningkatkan efisiensi dalam proses konstruksi.

Permasalahan dalam Konstruksi Ramping

Dalam praktek konstruksi ramping, beberapa permasalahan yang mungkin timbul antara lain:

  1. Keterbatasan Sumber Daya: Konstruksi ramping membutuhkan sumber daya yang memadai, termasuk tenaga kerja yang terampil, peralatan yang memadai, dan material yang berkualitas. Keterbatasan sumber daya ini dapat menjadi hambatan dalam menerapkan konstruksi ramping secara efektif.

  2. Kolaborasi yang Kompleks: Konstruksi ramping melibatkan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak terkait, termasuk pemilik proyek, kontraktor, arsitek, dan subkontraktor. Koordinasi yang kompleks ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengelola informasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan.

Penanganan Permasalahan dalam Konstruksi Ramping

Untuk mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam praktek konstruksi ramping, beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Perencanaan yang Matang: Perencanaan yang matang sangat penting dalam konstruksi ramping. Hal ini meliputi perencanaan sumber daya, jadwal proyek, dan koordinasi antara berbagai pihak terkait. Dengan perencanaan yang matang, permasalahan dapat diantisipasi dan diatasi dengan lebih efektif.

  2. Penggunaan Teknologi: Penggunaan teknologi yang tepat dapat membantu mengatasi permasalahan dalam konstruksi ramping. Contohnya, penggunaan BIM dapat meningkatkan kolaborasi antara berbagai pihak terkait dan mengurangi kesalahan desain. Selain itu, penggunaan perangkat lunak manajemen proyek juga dapat membantu mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan memantau kemajuan proyek.

Prinsip-prinsip konstruksi ramping merupakan penerapan lean principles yang telah diterapkan industri manufaktur pada industri konstruksi. Prinsip-prinsip konstruksi ramping, yaitu:

1. Mengidentifikasi proyek dari sudut pandang konsumen (value)

Pendekatan konvensional hanya berfokus pada hasil fisik bangunan yang diinginkan pelanggan, sedangkan konstruksi ramping menjelaskan bahwa nilai-nilai proyek pelanggan memiliki makna dan fungsionalitas yang lebih dalam daripada itu. Tim proyek tidak hanya memberikan hal yang diinginkan klien, tetapi juga memberikan saran dan gambaran detail perancangan dan pelaksanaan proyek.

2. Menentukan value stream

Setelah memahami nilai-nilai proyek dari sudut pandang konsumen, selanjutnya proses yang diperlukan dapat disusun untuk mencapai nilai tersebut. Hal itu disebut dengan value stream. Selanjutnya, dapat ditentukan detail setiap aktivitas, tenaga kerja, informasi, peralatan, dan bahan yang benar-benar diperlukan untuk pelaksanaan proyek.

3. Mengeliminasi pemborosan

Konstruksi ramping menargetkan pengeliminasian 8 jenis pemborosan utama:

  • Kecacatan
  • Produksi berlebih
  • Waktu tunggu
  • Kemampuan SDM yang tidak optimal
  • Pengangkutan
  • Persediaan
  • Pergerakan
  • Pemrosesan berlebih

4. Menentukan alur proses kerja (flow)

Keadaan ideal proyek konstruksi ramping adalah saat alur kerja yang terjadi bersifat berkelanjutan sehingga dapat diandalkan dan diprediksi. Komunikasi yang jelas antara semua pihak sangat diperlukan untuk mencapai alur yang telah direncanakan.

5. Pull planning and scheduling (pull)

Produk dibuat pada saat dibutuhkan atau sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk menghindari produk tidak terpakai dan mengurangi pemborosan.

6. Peningkatan kualitas pekerjaan yang berkelanjutan (perfection)

Untuk mencapai kesempurnaan produk, perlu dilakukan perbaikan secara terus-menerus. Setiap peluang untuk perbaikan diidentifikasi dan ditindaklanjuti agar bisa diterapkan pada proyek-proyek selanjutnya.

Sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa konstruksi ramping jauh lebih maju dibanding konstruksi konvensional. Berbagai alat dan teknik telah dikembangkan untuk mengimplementasikan pelaksanaan konstruksi ramping. Terdapat kurang lebih lima puluh alat yang dapat digunakan. Alat-alat tersebut dapat membantu para pekerja konstruksi untuk meningkatkan nilai suatu proyek dan mengurangi pemborosan. Namun, terdapat beberapa cara/tools yang sudah terkemuka dan penting untuk diketahui, di antaranya:

1. 5S Process

Istilah 5S yang artinya adalah sebagai berikut:

  • Sort/Seiri (Ringkas) – Menyingkirkan apapun yang tidak dibutuhkan, baik itu alat, dokumen atau bahan
  • Set in order/Seiton (Rapi) – Menetapkan lokasi untuk semua meletakkan setiap objek berdasarkan frekuensi penggunaan dengan memperhatikan kemudahan untuk mengambil dan mengembalikkannya. Artinya, membuat tata letak penyimpanan alat maupun bahan tertata rapi.
  • Sweep/Seiso (Resik) – Pada dasarnya apapun kegiatan yang memastikan tempat kerja tetap bersih
  • Standardise/Seiketsu (Rawat) – Melakukan praktik kerja sesuai dengan tiga tahap sebelumnya secara konsisten oleh seluruh jajaran perusahaan. Dengan begitu, menghasilkan pribadi yang bersih.
  • Sustain/Shitsuke (Rajin) – Menerapkan perilaku dan kebiasaan untuk mempertahankan standar yang ditetapkan dalam jangka panjang. Artinya, mempertahankan dan melakukan ke-empat aturan di atas yang kemudian menjadi sebuah kebiasaan pada tempat kerja.

5S adalah lima tahap proses pengurangan pemborosan dari suatu proyek di tempat kerja melalui penggunaan kontrol visual. Secara singkat, 5S bertujuan untuk mengontrol ketertiban dan efisiensi di proyek tempat bekerja.

2. Last Planner System (LPS)

Last Planner System adalah

sistem holistik yang berarti bahwa setiap bagiannya terikat satu sama lain dan sangat diperlukan untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan konstruksi ramping. LPS merupakan sebuah metode yang memetakan berbagai kegiatan dalam konstruksi yang berbentuk alur kerja (workflow).
LPS ini memiliki urutan pelaksanaan, yaitu master scheduling atau penjadwalan utama, phase scheduling atau penjadwalan fase, lookahead planning atau peninjauan kembali jadwal, weekly work plan (WWP) atau rencana kerja mingguan, dan percent plan complete (PPC). LPS merupakan tools konstruksi ramping yang paling banyak digunakan di hampir seluruh penjuru dunia.

3. Value stream mapping (VSM)

Value stream mapping merupakan diagram alur yang menggambarkan langkah-langkah suatu pelaksanaan proyek. Alat tersebut bekerja dengan membuat diagram alur untuk representasi visual suatu proses. Oleh karena itu, teknik ini mengandalkan analisis aliran proses. Diagram dirancang untuk memeriksa nilai tambah dari setiap langkah pelaksanaan proyek sehingga dapat ditemukan langkah mana yang bernilai tambah ataupun yang hanya bersifat pemborosan.

Konstruksi ramping memberikan lebih banyak manfaat dan nilai lebih dibandingkan dengan konstruksi konvensional. McGraw Hill Construction telah melakukan studi kepada proyek-proyek konstruksi yang menerapkan konstruksi ramping. Hasil studi tersebut menerangkan bahwa proyek-proyek tersebut mendapat banyak manfaat, yaitu:

  • Peningkatan kualitas konstruksi (84%)
  • Pengurangan biaya pelaksanaan proyek (64%)
  • Peningkatan produktivitas (77%)
  • Pengurangan jadwal proyek (74%)
  • Peningkatan keamanan dalam pelaksanaan proyek (77%)

Sebagian besar subjek studi tersebut membuktikan bahwa konstruksi ramping ini memberikan banyak manfaat terhadap suatu proyek konstruksi.

Konstruksi ramping, sebagai metode baru dalam lingkup ilmu manajemen dan rekayasa konstruksi (MRK), masih perlu banyak dikaji dan diteliti lebih lanjut agar dapat diimplementasikan dalam industri konstruksi di Indonesia. Untuk merealisasikan konstruksi ramping di Indonesia, perlu adanya penelitian mengenai kesiapan berbagai stakeholder industri konstruksi serta edukasi yang tepat mengenai konstruksi ramping.

Oleh karena itu, peranan ahli, lembaga penelitian, dan pendidikan sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebelum konstruksi ramping diterapkan secara masif, pastinya para stakeholder industri konstruksi harus sudah sangat siap dan paham mengenai konstruksi ramping.

Konstruksi ramping belum banyak dipahami oleh khalayak umum sehingga diperlukan usaha yang keras dan berkelanjutan agar dapat diaplikasikan secara nyata. Maka dari itu, partisipasi serta kerja sama oleh semua pihak tentunya sangat dibutuhkan. Setiap pihak yang terlibat di industri konstruksi memiliki andil sesuai dengan kapabilitasnya masing-masing. 

Penutup

Sekian Penjelasan Singkat Mengenai The role of civil engineering in sustainable development. Semoga Bisa Menambah Pengetahuan Kita Semua.

Posting Komentar

pengaturan flash sale

gambar flash sale

gambar flash sale